Day 1 - #30DaysWritingChallenge
/prolog/
Test
Sudah cukup lama blog ini tak dikunjungi pemiliknya. Entah apa yang pemiliknya pikirkan. Sepertinya ia memang tak ada yang ingin diungkapkan lewat tulisan. Atau, memang tak ada yang spesial dari perasaan.
Jadi, saya, pemilik blog ini akan menantang diri saya untuk menulis lagi. Bukan dengan rasa yang ingin disampaikan, melainkan hanya ingin menulis saja. Sesederhana itu. Serta, kebetulan ketika saya menjelajah media sosial, saya melihat satu gambar bertuliskan #30DaysWritingChallenge dari pemilik akun bernama Andina Dwifatma. Menurut saya ini menarik. Bisa mengisi kekosongan blog ini, serta mengasah kemampuan menulis saya. Saya berpikir tak ada salahnya saya untuk mencoba. Jadi, siapapun anda yang membaca tulisan ini, terima kasih sudah menjadi saksi perjalanan #30DaysWritingChallenge bersama saya. Saya berharap, di tengah perjalanan nanti saya bisa melewati masalah yang akan dihadapi. Karena saya percaya, di depan pasti akan ada masalah, salah satu yang terbesar adalah melawan malas. Baiklah, markicobse, mari kita coba selesaikan.
/day 1/
Perkenalkan, saya adalah pribadi yang...biasa saja. Saya memang tertarik dalam fotografi tapi apadaya jika tak berani merekam kisah bersamanya. Saya juga memang tertarik dalam dunia film namun apadaya jika kebersamaan kita hanyalah sebatas peran fiksi belaka. Saya adalah pribadi yang jika sedang berkumpul dengan teman terdekat, saya gemar melemparkan lelucon basi, receh, kurang lucu, yang kerap kali membuat mereka geleng kepala. Saya jarang bercerita, namun jika dipaksa, saya bisa luluh juga. Saya adalah orang yang menempatkan mereka untuk berbicara terlebih dahulu, dibanding saya yang harus membuka pintu bercerita. Dan segala rasa yang tak sempat diungkap, biasanya saya lempar ke sumur ini. Sumur yang tercipta dari ribuan kata serta frasa, sumur yang tercipta dari penyesalan semata, sumur yang tercipta dari ego manusia.
Menurut saya langit adalah ciptaan Tuhan yang maha Indah. Terbentang luas di atas bumi, melindungi umatnya. Belum lagi jika semesta menampilkan coretan indah pada senja di ufuk barat. Matahari yang segera menutup diri. Jingga ataupun ungu, coretan itu adalah suatu mahakarya Tuhan. Membuat saya bersyukur dikaruniai sepasang mata untuk melihat. Namun, itu semua, rasanya terlihat biasa saja jika dibandingkan dengan senyumanmu. (hahah bercanda..)
Mungkin cukup sekian untuk tulisan di hari pertama. Tak banyak yang bisa dituliskan karena pemilik blog ini juga bingung bagaimana mengungkapkannya. Sepertinya harus bertanya ke teman terdekat, atau mungkin, menghabiskan waktu dengan secangkir kopi saat senja di ufuk barat?
Komentar
Posting Komentar