tulisan panjang tentang kisah di prasasti

/prolog/

tulisan ini mungkin tak seperti biasanya. sudah cukup lama saya tidak menulis ala-ala sajak yang puitis, yang bermain metafora selayaknya saya adalah orang yang gemar membaca ribuan buku puisi tebal. tidak, kali ini tidak. entah, di malam yang sunyi ini saya hanya menyempatkan jari dan kata yang ada di benak saya bekerja. biar manusia lain berkata apa, jari akan terus menulis. eh, mengetik maksudnya. baiklah,..

aku tidak berharap kemampuan menulisku hilang karena lama kutinggalkan. setiap kali saya menulis, saya berusaha untuk melibatkan rasa didalamnya. kini, bukan berarti perasaanku yang hilang. melainkan, entah. aku juga tak mengerti . mungkin kehidupan dunia yang membuat lupa pena. entahlah, hari ini, malam ini, ku sempatkan menulis.

/perihal cita cita/

cita cita ku sederhana. cukup menyapamu, berbincang, lalu pulang. kalau orang lain berjuang mewujudkan cita citanya, berbeda denganku. pasrah. seperti, berserah dengan yang diatas, lalu berdoa. memang, terkadang tuhan mewujudkan, namun tentu ingin lebih dan meninggalkan rasa sesal. kemudian, ku ulang.
itu adalah satu dari cita-cita yang aku harapkan. kalau nanti tidak terwujud, aku tak mengapa. setidaknya, pernah terwujud. dan sampai sekarang masih membekas. aku beruntung kita saling kenal, meski tak begitu dekat karena telah berpisah dalam waktu yang lama. namun, aku beruntung kita bertemu. dengan ingatan yang masih menerpa, dengan senyuman yang masih sama.

/awalan/

sebatas apa kabar, lalu ambyar. itu aku. matanya sulit untuk ku tatap lama-lama. senyumnya sulit ku rasakan lama-lama. dari luar, aku bertingkah biasa saja. dari dalam, hati seakan mengetuk bahwa dirinya sudah meleleh. setelah meleleh, berbisik "dug dug dug dug" dengan tempo cepat. disusul otak seraya berkata, "makanya, jangan pakai rasa"

/(bukan) akhiran/

tak bisa. masih tak bisa lama-lama. aku terlalu takut untuk memulai. namun, ada senang yang datang. setidaknya kita sama-sama menuju sembahyang, memanjatkan doa. diringankan segala beban, diampuni segala dosa, itu mungkin do'a manusia pada umumnya. aku tambahkan satu ; beri kesempatan selanjutnya untuk bisa menatap dia lebih lama, menciptakan tawa, menghilangkan sesal. diakhiri dengan terima kasih telah mempertemukan.

aku sadar bahwa kita mungkin tidak diperuntukan bersama. siapalah saya, hamba tuhan penuh dosa, tak sempurna. tak usah berusaha mencoba menghiburku dengan kalimat jagoan "masa depan tak ada yang tahu". saya tidak ingin berharap, berekspektasi seakan saya yang paling pantas, paling benar, paling bisa mendapatkannya. biar itu urusan yang maha kuasa. biar itu campur tangan yang maha membolak-balik perasaan.



saya rasa cukup sekian. cukup panjang tulisan ini dibanding tulisan-tulisan sebelumnya. tak apa, sekali-sekali.


-18/11/2019
23.00-an



Komentar

Postingan Populer