Secarik Kertas Ulangan



                Dari ruang guru yang sepi , aku di pertemukan dengan seorang guru. Guru itu sedang membereskan mejanya sambil menggenggam tanganku. "Sepertinya ia tak mau aku kabur" ucap diriku dalam hati. Aku terus memandang wajahnya yang terlihat sedang terburu buru. "Apakah ia telat mengajar?" tanya diriku dalam hati. Selang beberapa menit, lalu ia pergi membawaku. Aku bertanya, "Mau dibawa kemana saya pak?". Namun ia hanya membisu. Apa yang kuucap hanya masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Dengan pasrah, aku hanya bisa terus mengikutinya.
                Terdengar dari kejauhan suara kelas yang berisik. Firasatku guru ini akan membawaku ke kelas itu. Dan......ya! Firasatku benar. Aku dibawa menuju ke sebuah kelas yang berada tepat di sebelah lorong menuju kantin. Aku tidak kenal siapapun dikelas itu. Siswa disekelilingku melihatku dengan tatapan serius.
                "Maaf ya saya telat, ada urusan penting tadi" Ujar guru itu sambil membereskan meja guru di kelas itu. "Gak apa-apa pak!!" seru siswa bersemangat. Firasatku mulai tidak enak ketika siswa yang berada  didepan meja guru melirik ke hadapanku. Lirikan itu sangat tajam. "Apa salahku?" aku bertanya pada siswa itu. dan lagi-lagi ia hanya terdiam.
                Tak lama setelah guru itu berbasa-basi, akhirnya ia memperkenalkanku dengan mereka. Dengan muka malas, mereka menolak untuk melakukannya. Namun, janji ialah janji. Janji yang telah dibuat guru dengan mereka pada minggu lalu harus ditepati. Tanpa ada penjelasan mereka hanya bisa meng-iya-kan apa yang diminta oleh guru itu.
                Aku baru sadar, ternyata bukan hanya aku yang diperkenalkan pada saat itu. Masih ada yang lain yang secara kebetulan berparas mirip denganku. Aku ditempatkan di tempat duduk bagian paling belakang. Bersama siswa yang tampaknya pemalas di kelas itu.
                Siswa Pemalas itu memperhatikanku dengan serius. Satu kali, dua kali, ia terus melihatku dari atas sampai bawah. Sampai suatu saat, ia tidak tahan dan matanya mulai menutup. Ia tidur dengan pulas diatas meja dengan cara menundukkan kepala. Sementara itu guru sedang asyik bermain hp miliknya. "Bagaimana bisa di negeri ini, guru asyik main hp tanpa menghiraukan muridnya yang sedang tidur?" dalam hati kuberkata.
                "Waktu kita 15 menit lagi ya?" ucap guru dengan yakin. Siswa pemalas itu lantas terbangun mendengar perkataan dari sang guru. Ia terlihat bingung ingin berbuat apa. Akhirnya ia memutuskan untuk membuka hp miliknya dari kolong meja. "Bagaimana bisa di negeri ini, siswa mengambil hp tanpa seizin guru?" dalam hati kuberpikir keras. Setelah membuka hp miliknya seakan-akan ia tahu apa yang harus diperbuat. Dengan waktu 15 menit, itu cukup baginya.
                Waktu telah habis. Aku, dan beberapa yang berparas sepertiku dipanggil oleh guru. Tanganku digenggam sama seperti sebelum aku masuk ke kelas. Guru itu berpamitan dengan muridnya dan meninggalkan ruan kelas bersama diriku. Aku dituntun kembali ke ruang guru. Dan disitulah aku ditinggal.

nb: cerita ini ditulis dari sudut pandang secarik kertas ulangan yang merasa kesal melihat fakta tentang pendidikan di negeri ini.





Komentar

  1. Miris memang mengahadapi fakta pendidikan di negeri ini. Kecanggihan teknologi seringkali disalahgunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Namun, sepelik apapun masalahnya, kita-kita inilah sebagai generasi penerus bangsa yang harus mencari solusinya, mengembalikan kembali prinsip-prinsip pendidikan sebagaimana mestinya, bangkit sebagai jiwa-jiwa muda yang berkualitas demi kemajuan bangsa dan negara.

    Kunjungi balik ya di https://kkumey.wordpress.com
    Kritik dan saran yang membangun ditunggu.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer